Liputan Metro TV

Menjual Aneka Produk Rumah & Gazebo Kayu Knock Down - Tanpa Perantara (Pengrajin Langsung)

Sangat Cocok untuk Rumah Tinggal, Villa, Cottage, Bungalow, Kantor, Mess Karyawan, Musholla, Restoran, Gazebo, Rumah Kebun, dll

Workshop & Display Unit :
Desa Tanjung Batu Seberang & Tanjung Baru Petai Kec. Tanjung Batu, Kab. Ogan Ilir Sumatera Selatan

Syarifuddin Terus Bertahan dengan Kerajinan Rumah Pasang-Bongkar

Kompas : 14 Maret 2005

Memasuki Desa Tanjung Batu Sebrang, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel, akan disuguhi pemandangan kegiatan pertukangan yang sibuk. Puluhan tukang bekerja membuat sejumlah rumah panggung kayu pasang bongkar atau knock down. Rumah-rumah baru yang telah selesai dikerjakan dibiarkan berdiri di kiri-kanan jalan.



Syarifuddin, salah seorang pengusaha kerajinan rumah bongkar pasang, juga terlihat sibuk, pada suatu siang pertengahan Februari 2005 lalu. Dengan memakai topi rimba, dia mengontrol beberapa tukang yang sedang memasang kayu-kayu penyangga atap rumah. Jika dirasa kurang pas, dia berusaha menjelaskan desain yang diinginkan. Sesekali dia ikut turun tangan.
"Desain rumah sangat menentukan nilai jual sehingga kami berusaha membuat desain sebagus mungkin. Desain bisa mengacu pada model tradisional atau dikombinasi dengan model lain yang lagi tren," kata Syarifuddin.


Lelaki berusia 54 itu sedang menyelesaikan lima rumah panggung pesanan dari Semarang, Bogor, dan Bandung. Pemesan dari Semarang berencana memesan beberapa puluh rumah lagi jika merasa puas dengan rumah produksi Tanjung Batu tersebut.


Syarifuddin adalah salah satu dari sekitar 300 perajin rumah bongkar pasang di daerah itu. Sebagaimana perajin lain, awalnya dia juga belajar menukang dari ayah dan kakeknya. Lelaki yang ramah tersebut baru benar-benar terjun menekuninya sejak tahun 1975, dan terus mengembangkannya hingga sekarang.


"Menurut legenda, kerajinan rumah ini dimulai oleh seorang tukang ahli bernama Usang Sungging. Ilmu pertukangan diwariskan kepada beberapa pemuda di desa tersebut turun-temurun sehingga 90 persen penduduk desa itu menjadi tukang pembuat rumah panggung," paparnya.


Syarifuddin termasuk yang cukup berhasil di antara perajin lain. Sehari-hari mempekerjakan 13 tukang, dan dia akan menambahnya jika pesanan menumpuk. Dalam setahun, rata-rata dia memproduksi lima rumah panggung dengan penghasilan bersih sekitar Rp 75 juta per tahun.


Dengan pendapatan sebesar itu, dia bisa menghidupi satu istri dan tujuh anak. Lima anaknya telah berkeluarga, satu lagi sedang kuliah di salah satu akademi perawatan di Palembang.
Mempertahankan kerajinan rumah bongkar pasang tidak mudah, terutama karena harga bahan baku, yang terdiri dari kayu seru dan meranti, terus melambung. Saat ini, harga kayu seru rata-rata Rp 900.000 per kubik, sedangkan kayu meranti Rp 1,5 juta per kubik.


Syarifuddin menyiasati kondisi itu dengan menekan biaya produksi dan sedikit menaikkan harga jual. Satu rumah tipe 60 dengan ukuran 6 x 10 meter dibuat dengan modal sekitar Rp 40 juta dan dijual seharga Rp 60 juta. Rumah tipe 45 ukuran 5 x 9 meter diproduksi dengan modal Rp 25 juta untuk dijual seharga Rp 45 juta. Adapun rumah tipe 24 ukuran 4 x 6 meter yang dibuat dengan modal Rp 15 juta, biasanya laku Rp 25 juta.


"Dengan manajemen produksi yang ketat dan memperluas jaringan pasar, kerajinan rumah panggung ini tetap bisa bertahan selama puluhan tahun. Bahkan, sekarang kami sering kewalahan memenuhi pesanan, karena sering sulit mendapat bahan baku," ucap Syarifuddin. (ilham khoiri)

Tidak ada komentar:

PENESAK JAYA | 2007-2018


  ©Template by Dicas Blogger. Edit by Urang Diri